Setiap tahun, World
Health Organization (WHO) memperingati Hari Tuberkulosis (TB) Dunia pada
tanggal 24 Maret untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak menghancurkan
TB terhadap kesehatan, sosial, dan ekonomi, serta meningkatkan upaya untuk
mengakhiri epidemi TB global. 24 Maret dipilih sebagai penanda bahwa pada hari
ini tahun 1882, Dr. Robert Koch menemukan bakteri penyebab TB, yang membuka
jalan menuju diagnosis dan pengobatan penyakit ini.1
TB merupakan satu dari 10
penyebab kematian dan penyebab utama agen infeksius. Di tahun 2017, TBC menyebabkan
sekitar 1,3 juta kematian di antara orang dengan HIV negatif dan sekitar
300.000 kematian karena TB di antara orang dengan HIV positif. Diperkirakan terdapat
10 juta kasus TB baru setara dengan 133 kasus per 100.000 penduduk. Di tingkat
global, di tahun 2017 terdapat sekitar 558.000 kasus baru TB resisten rifampisin
di mana hampir separuhnya ada di tiga negara, yaitu India (24%), China (13%),
dan Rusia (10%). Di antara kasus TB RR, diperkirakan 82% kasus tersebut adalah
TB MDR. Secara global, 3.6% kasus TB baru dan 17% kasus TB pengobatan ulang
merupakan kasus TB MDR/RR.2
Di Indonesia, WHO
memperkirakan insiden tahun 2017 sebesar 842.000 atau 319 per 100.000 penduduk,
sedangkan TB-HIV sebesar 36.000 kasus per tahun atau 14 per 100.000 penduduk.
Kematian karena TB diperkirakan sebesar 107.000 atau 40 per 100.000 penduduk
dan kematian TB-HIV sebesar 9.400 atau 3,6 per 100.000 penduduk. Dengan insiden
sebesar 842.000 kasus pertahun dan notifikasi kasus TB sebesar 442.172 kasus,
maka masih ada sekitar 47% yang belum ternotifikasi, baik yang belum
terjangkau, belum terdeteksi, maupun tidak terlaporkan.2
TB perlu dieliminasi
karena penularannya yang mudah dapat menjadi ancaman serius dalam arus
globalisasi transportasi dan migrasi penduduk antarnegara. Selain itu,
pengobatannya tidak mudah dan murah. TB yang tidak ditangani hingga tuntas
dapat menyebabkan resistensi obat yang mempersulit penyembuhan TB di kemudian
hari.2
Dengan mengambil tema
peringatan HTBS tahun 2019 “Saatnya Indonesia Bebas TB, dimulai dari
saya” diharapkan dapat menggerakkan hati setiap orang untuk menyadari bahwa
eliminasi TB bukan hanya tanggung jawab sektor kesehatan, tetapi tanggung jawab
setiap individu yang ada, baik sehat maupun sakit.2
2. Pengertian
TB
TB merupakan penyakit
yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis yang paling sering menyerang paru-paru. TB dapat diobati dan
dicegah.3
3. Penularan
TB
TB menyebar dari orang ke
orang melalui udara. Ketika orang dengan TB paru batuk, bersin, atau meludah,
mereka melepaskan kuman TB ke udara. Seseorang hanya perlu menghirup beberapa
bakteri ini untuk menjadi terinfeksi.3
Sekitar sepertiga
populasi dunia merupakan TB laten, yang berarti orang tersebut telah terinfeksi
oleh bakteri TB, tetapi belum menderita penyakit dan tidak dapat menularkan
penyakit.3
Orang yang terinfeksi
bakteri TB berisiko 10% menjadi sakit TB. Namun, orang dengan sistem imun yang
terganggu, seperti orang dengan HIV, malnutrisi, diabetes, atau merokok
memiliki risiko yang jauh lebih tinggi untuk jatuh sakit TB.3
4. Gejala
TB
Ketika seseorang mengalami
TB aktif (sakit TB), gejala berupa batuk, demam, keringat malam, penurunan
berat badan, dan sebagainya mungkin masih ringan selama berbulan-bulan. Hal ini
dapat menyebabkan keterlambatan dalam mencari layanan kesehatan dan
mengakibatkan penularan bakteri ke orang lain. Orang yang menderita sakit TB
dapat menginfeksi 10 – 15 orang lain melalui kontak dekat selama setahun. Tanpa
pengobatan yang tepat, dua pertiga orang yang menderita TB akan meninggal.3
Pada pasien TB, dapat terjadi
beberapa komplikasi, baik sebelum pengobatan, dalam masa pengobatan, maupun
setelah selesai pengobatan.
Beberapa komplikasi yang mungkin timbul adalah:4
Beberapa komplikasi yang mungkin timbul adalah:4
·
Batuk darah
·
Pneumotoraks
·
Luluh paru
·
Gagal napas
·
Gagal
jantung
·
Efusi pleura
Untuk mencegah
penyakit TB, dapat dilakukan beberapa hal, yaitu:2
·
Makan
makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh
·
Membuka
jendela agar rumah mendapatkan cukup sinar matahari dan udara segar
·
Menjemur
alas tidur agar tidak lembab
·
Mendapatkan
suntikan vaksin BCG bagi anak usia di bawah 5 tahun untuk menghindari TB berat
(TB milier / meningitis TB)
·
Olahraga
teratur
·
Tidak
merokok
·
Melaksanakan
etika batuk
7. Penanggulangan
TB
Sejak tahun 2000, 53 juta
jiwa telah diselamatkan melalui diagnosis dan pengobatan yang tepat. Penyakit
TB aktif yang masih peka terhadap pengobatan standar diobati selama 6 bulan
dengan 4 macam antibiotik yang diberikan oleh petugas kesehatan atau
sukarelawan terlatih, diiringi dengan informasi, pengawasan, dan dukungan
kepada pasien.3
Pengobatan TB terbagi
menjadi 2 tahap. Pada tahap awal, obat diminum setiap hari selama 2 bulan. Pada
tahap akhir, obat diminum 3 kali seminggu selama 4 bulan. Sebagian besar kasus
TB dapat disembuhkan ketika obat diberikan dan dikonsumsi dengan benar.2,3
8. Kampanye
Hari TB Sedunia 2019
Pada HTBS 2019, beberapa
kegiatan dikampanyekan untuk mengelimnasi TB, di antaranya:2
8.1. Ketahui
Status TB-mu Sekarang!
Setiap orang dapat segera
memeriksakan diri bila mempunyai gejala TBC, seperti batuk, demam meriang,
berat badan menurun, dan sebagainya. Dengan deteksi dini, maka pengobatan yang
tepat dapat diberikan sehingga rantai penularan bagi lingkungan sekitar dapat
dihentikan.
Deteksi dini TB dilakukan
dengan melakukan pemeriksaan TB. Pemeriksaan TB dilakukan dengan pemeriksaan
dahak dan/atau rontgen foto dada. Pada pemeriksaan dahak, dahak diambil 2 kali
dalam waktu 2 hari, yaitu:
·
Sewaktu
datang di fasilitas kesehatan (hari ke-1)
·
Pagi
hari setelah bangun tidur (hari ke-2)
·
Sewaktu
datang ke fasilitias kesehatan (hari ke-2)
Sementara itu, rontgen foto dada hanya dilakukan bila
pemeriksaan dahak hasilnya negatif, namun terdapat gejala TB lainnya.
Setiap orang bisa
berperan dalam pengendalian TB dengan memulainya dengan cara Temukan TB dan Obati Sampai
Sembuh (TOSS TB). Setiap orang bisa
turut aktif mengedukasi, menemukan kasus TB, atau berinisiatif melakukan
pemeriksaan ke Puskesmas bila mempunyai gejala TB.
Langkah-langkah TOSS TB
adalah sebagai berikut:
·
Temukan
gejala TB di masyarakat!
o
Bila
Anda batuk terus menerus dan ada gejala tambahan TB lainnya (berat badan
menurun, nafsu makan berkurang, demam dan meriang, berkeringat malam hari tanpa
melakukan aktivitas), segera sampaikan ke petugas kesehatan di fasilitas
kesehatan terdekat.
o
Bila
ada keluarga dan masyarakat di sekitar Anda memiliki gejala yang sama, segera
rujuk untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat.
·
Obati
TB dengan tepat!
o
Diagnosis
TB dapat dilakukan di fasilitas kesehatan secara gratis.
o
Lakukan
pemeriksaan dahak sesuai anjuran petugas agar mendapat hasil yang optimal.
o
Obat
TB yang berkualitas tersedia gratis di fasilitas kesehatan.
·
Pantau
pengobatan TB sampai sembuh!
o
Pengobatan
TB menggunakan jenis obat dan dosis yang tepat yang telah disediakan oleh
fasilitas kesehatan.
o
Obat
harus diminum secara teratur sampai pengobatan tuntas dan sembuh.
o
Pengawas
Menelan Obat (PMO) dari petugas kesehatan dan/atau orang terdekat Anda.
o
Lakukan
pemeriksaan di bulan kedua, kelima, dan keenam di akhir pengobatan.
8.3. TOSS
TB Dimulai dari Keluarga Saya!
Setiap orang bisa
berperan dalam pengendalian TB dengan memulainya dengan cara Temukan TB dan Obati Sampai
Sembuh (TOSS TB) dalam keluarga. Melalui pengobatan TB yang teratur dan sampai
tuntas serta melakukan perilaku hidup bersih dan sehat, penyakit TB bisa
disembuhkan sehingga keluarga sehat, serta masyarakat Indonesia sehat dan
sejahtera.
8.4. Komitmen
Kita Menuju Indonesia Bebas TB!
#ItsTime
#TOSSTBCMulaiDariSaya
#TOSSTBC
#TemukanTBCObatiSampaiSembuh
#TBCBisaDisembuhkan
#ObatTBCGratisDanBerkualitas
Daftar Pustaka
1. World Health Organization.
World Tuberculosis Day 2019 [Internet]. 2019 [cited 2019 Mar 17]. Available
from: https://www.who.int/campaigns/world-tb-day/world-tb-day-2019
2. Direktorat
Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Panduan Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia Tahun 2019. Jakarta;
2019.
3. World Health
Organization. What is TB? How is it treated? 2018.
4. Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia. Jakarta; 2006.
Comments
Post a Comment